The Man Who Created Robot Hands from Bali, I Wayan Sutawan
With robotic arm technology, he can do anything just like having normal hands, even his robotic hands are controlled from his own mind, this is extraordinary
I Wayan Sutawan, a welder in a small village in Bali, claims to have made a 'bionic arm', but after the story spread.
It took about two hours to travel from Denpasar to Nyuhtebel Village, Karangasem, to meet the man nicknamed the 'cyborg' or 'Iron Man from Bali'.
But of course the junk assembly in his crippled left arm – made up of colorful interwoven wires, serrated wheels, iron and hydraulic pumps – remains a magnet that attracts the attention of only locals, but nationals.
The welder called Tawan suddenly became popular after a local newspaper put his story on the main page. Guests have not stopped coming to his welding workshop for the past week.
Lost hands
The workshop, which is also used as a residence, is about 200 square meters in size.
Many journalists came to watch Tawan work.
It's full of junk: old rusty metal, an old refrigerator, a mountain of used bottles, and also, a few chickens – blended in with cardboard bedding and an old sofa.
This story impresses modern inventions and technology, but it turns out to be a story that smells supernatural, or even occult.
The commotion in Nyutebel Village began six years ago, the story of Tawan's wife, Nengah Sudiartini, told me.
After waking up from sleep, her husband panicked because he couldn't feel his left hand.
"He asked for help, 'please find my hand!'. I looked for directions, it really wasn't there, I looked under the bed, there wasn't any. After an hour, my son looked at it again and said it was still there. (I) saw: yes, it is still there, I saw it wasn't there."
This sounds like a story shrouded in mystery. There's not much that might be unbelievable, especially in modern cities. But in Bali and many in Indonesia are familiar with this conversation?
Tawan, continued Nengah, went to several doctors, as well as a shaman, but could not find a definite answer about the cause of the disease.
Desperate, without money, and unable to work, Tawan then began to assemble the 'robot arm'.
To me and the number of other journalists who came that morning, Tawan demonstrated how it works -as has been shown to several other journalists on a dozen previous occasions. Tawan's left hand, which initially seemed limp, suddenly moved, followed by a whooshing sound.
Can only be moved Tawan
To prove it myself, I was among those who tried the device, along with several others.
However, we couldn't fully test the robotic arm, because it was said that the arm was designed to fit Tawan's own arm.
So we can only try the circle of the head which is called the motion trigger.
Wearing that motion trigger on my head for a few dozen seconds, I thought about instructing my arm to move, but to no avail. I thought harder, the arm didn't move either. Finally I gave up.
Likewise, other people owned, also no one managed to move the arm. So far, only Tawan himself could operate the arm.
However, Tawan denied that the alleged arm was a hoax.
Tawan said he was sad because he couldn't work after knowing that his hands couldn't be moved.
Tawan admits that his system may not be as sophisticated as the electroencephalogram (EEG) he previously claimed. But that doesn't mean the tool is a hoax.
"The principle is like a philosophical detector," then Tawan explained. "So I made it up in my head. So that the signal is caught by the device. I take advantage of that by providing power."
Mechanical engineering experts from Udayana University who have met with Sutawan and saw the machine, are among those who doubt Tawan's claims.
"When I met him, the engine was broken. So I asked how it worked," he said.
Judging from its structure, it is a robot, but there are some components that are lacking," said Wayan Widiada.
“I hesitate to claim that, because basically, robots have three inseparable components, namely mechanical, electrical, and computer programming. The device has a mechanical and electrical structure, but does not have coding. How can that machine take commands without a computer program?"
A number of lecturers from campuses in Bali also wanted to try Sutawan's creations. But no one has been able to move other than Sutawan himself.
Meanwhile, Endra Pitowarno, a lecturer at the Surabaya State Electronics Polytechnic, and also a member of the jury for the national robot contest, believes that Tawan at least uses pneumatics.
The temporary conclusion that we can draw is that Wayan's robotic hand still does not meet scientific requirements
Versi Indonersia
Manusia Pencipta Tangan Robot dari
Bali, I Wayan Sutawan
Dengan teknologi tangan robot, ia bisa
melakukan apa saja percis seperti memiliki kedua tangan yang normal, bahkan
tangan robotnya dikendalikan dari pikirannya sendiri, ini sangat luar biasa
I Wayan
Sutawan, seorang tukang las di desa kecil di Bali, mengklaim telah membuat
'lengan bionik,' tetapi setelah ceritanya menyebar.
Butuh perjalanan sekitar dua jam
dari Denpasar ke Desa Nyuhtebel, Karangasem, untuk bertemu dengan pria yang
dijuluki sebagai ‘cyborg’ atau ‘Iron Man dari Bali’.
Namun tentu saja rakitan barang
rongsokan di lengan kirinya yang lumpuh – terdiri dari jalinan kabel
berwarna-warni, roda bergerigi, besi, dan pompa hidrolik– tetap menjadi magnet
yang menyedot perhatian tak hanya warga lokal, tapi nasional.
Baca juga : Rumus Unik Mengundang Hoki
Tukang las yang dipanggil Tawan
ini tiba-tiba saja populer setelah sebuah surat kabar lokal menempatkan
kisahnya di halaman utama. Tamu tak berhenti datang ke bengkel lasnya selama
sepekan terakhir.
Tangan hilang
Bengkel yang juga dipakai sebagai tempat
tinggal itu berukuran sekitar 200 meter persegi.
Banyak wartawan yang datang menyaksikan Tawan
bekerja.
Isinya penuh dengan barang rongsokan:
besi-besi tua yang berkarat, kulkas bekas, gunungan botol kemasan bekas, dan
juga, beberapa ekor ayam – menyatu dengan kardus alas tidur dan sofa bekas.
Kisah ini mengesankan penemuan dan teknologi
modern, namun ternyata juga diwarnai cerita yang berbau supranatural, atau
malah klenik.
Riuh di Desa Nyutebel ini bermula enam tahun
lalu, cerita istri Tawan, Nengah Sudiartini kepada saya.
Setelah bangun dari tidur, suaminya panik
karena tidak tak bisa merasakan tangan kirinya.
Baca juga : Mahasiswa Bali Ciptakan Robot Khusus Corona
“Dia minta tolong, ‘tolong cari tangan saya!’.
Saya cari tangannya, memang benar tidak ada, saya cari ke kolong ranjang tidak
ada. Setelah satu jam, anak saya lihat lagi dan bilang masih ada kok tangannya.
(Saya) lihat: iya memang ternyata masih, tadi dilihat enggak ada.”
Ini terdengar sebagai cerita yang diselimuti
mistis. Tak banyak yang mungkin percaya, terutama di kota-kota modern. Tapi
bukankah Bali dan banyak di daerah di Indonesia akrab dengan perbincangan ini?
Tawan, lanjut Nengah, pergi beberapa ke
dokter, dan juga dukun, tapi tak menemukan jawaban pasti tentang penyebab
penyakit. Putus asa, tanpa uang, dan tak bisa bekerja, Tawan kemudian mulai
merakit ‘lengan robot’.
Kepada saya dan sejumlah wartawan lain yang
datang pagi itu, Tawan memperagakan cara kerjanya -sebagaimana sudah
diperlihatkan kepada puluhan wartawan lain dalam belasan kesempatan sebelumnya.
Tangan kiri Tawan yang awalnya terlihat lunglai, tiba-tiba bergerak diikuti
dengan suara desingan.
Hanya bisa digerakkan Tawan
Untuk membuktikannya sendiri, saya termasuk
yang mencoba perangkat itu, bersama beberapa orang lain.
Namun kami tak bisa mencoba lengkap perangkat
lengan robotik itu, karena katanya bagian lengan itu dirancang untuk ukuran
lengan Tawan sendiri.
Jadi kami hanya bisa mencoba lingkaran kepala
yang disebut sebagai pemicu gerak.
Mengenakan pemicu gerak itu di kepala beberapa
belas detik, saya berpikir memerintahkan lengan untuk bergerak, namun tidak
berhasil. Saya berpikir lebih keras, lengan tak juga bergerak. Akhirnya saya
menyerah.
Baca juga : Seni Berpikir Kreatif di Masa Sulit
Begitu pun orang-orang lain yang mencobanya,
juga tak ada yang berhasil menggerakan lengan itu. Sejauh ini, hanya Tawan
sendiri yang bisa mengoperasikan lengan itu. Namun TAwan menyangkal jika
dituding lengan itu tipuan.
Tawan menyatakan sempat sedih karena tak bisa
bekerja setelah mengetahui tangan tak bisa digerakkan.
Tawan mengakui bahwa sistemnya mungkin tidak
secanggih electroencephalogram (EEG) yang sebelumnya dia klaim. Tapi
bukan berarti alatnya adalah sebuah tipuan.
“Prinsipnya seperti alat detektor kebohongan,”
lantas Tawan menjelaskan. “Jadi saya ngarang-ngarang di kepala. Sehingga sinyal
itu tertangkap alat. Itu saya manfaatkan dengan memberikan daya.”
Pakar teknik mesin dari Universitas Udayana
yang sudah bertemu dengan Sutawan dan melihat mesin itu, termasuk yang
meragukan klaim Tawan.
"Ketika saya bertemu dengan dia, mesinnya
rusak. Jadi saya bertanya padanya bagaimana mesin itu bekerja,"katanya.
Dilihat dari strukturnya, itu adalah robot,
tetapi ada beberapa komponen yang kurang," kata Wayan Widiada.
Baca juga : Buat
kolam renang garansi 10 tahun
“Saya ragu klaim itu, karena pada dasarnya,
robot memiliki tiga komponen yang tidak bisa dipisahkan, yaitu mekanik,
elektrik, dan pemrograman komputer. Alat itu memiliki struktur mekanik dan
elektrik, tetapi tidak memiliki coding. Bagaimana mesin itu bisa
menerima perintah tanpa program komputer?"
Sejumlah dosen dari kampus di Bali juga
berdatangan ingin mencoba kreasi Sutawan. Tetapi belum ada yang bisa
menggerakan selain Sutawan sendiri.
Sementara itu, Endra Pitowarno, dosen
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, dan juga anggota dewan juri kontes
robot nasional berpendapat bahwa Tawan setidaknya menggunakan ilmu pneumatics.
Kesimpulan sementara yang bisa kita ambil
adalah tangan robot ciptaan Wayan masih belum memenuhi unsur ilmiah, namun dari
sisi inovasi dan idenya sangat luar biasa.
Sejatinya kehadiran robot memang untuk
membantu manusia agar lebih ringan dalam pekerjaan rutin mereka sehingga tidak
mengerjakan pekerjaanb yang selalu berulang. Jadi robot bisa ambil alih dari
sisi pekerjaan rutin ini. Sumber https://www.bbc.com